Berpisah baik-baik
17.00"Yang kamu lakukan ke saya itu....." (source:nextflix.com)
Kalau ingat dialog film di atas pasti tahu kalimat "Rangga, yang kamu lakukan ke saya itu...jahat ". Benar, waktu itu berpisahnya tidak baik-baik, si Rangga tiba-tiba hilang, kayak hantu, kalau yang sering kita dengar dia menjadi pelaku ghosting hoho.
Seperti yang kami lakukan beberapa waktu lalu, disitu tertulis kami karena memang pelakunya sekelompok beranggotakan 3 orang hehe. Jadi, hubungan ini terjalin antara sebuah kelompok inovasi dengan sebuah mananjemen inovasi di sebuah perusahaan haha. Kami berhasil masuk ke sebuah fase pengembangan inovasi dan berjalan dengan lancar, namun karena ada satu lain hal di beberapa minggu berikutnya komunikasi intens itu menurun, sehingga kami menghilang tanpa kabar, kami melakukan ghosting wkwk. Lalu kami dinyatakan fail secara rule of games hehe.
Keputusan yang sesuai memang, baru-baru ini saja akhirnya kami baru menjalin komunikasi kembali untuk memberikan laporan aplikasi kami. Itupun setelah adanya ultimatum lumayan mengancam dari CEO-nya hehe, kami memutuskan untuk mencoba "putus baik-baik" dengan pihak pengelola inovasi, sedang kami usahakan, doakan lancar ya.
Ternyata ghosting bisa muncul dimana saja, kisah barusan di atas masih tergolong mudah, karena satu pihak punya ukuran jelas mengambil tindakan ketika kami tidak mencapai KPI. lalu bagaimana dengan sebuah relasi antar manusia yang rumit tanpa KPI ini. Yang biasanya sangat intens komunikasi, update cek posisi, greeting tiap pagi, tiba-tiba *pufftt, hilang.
ghosting, cuma hantu yang hilang tanpa wujud, huu (source:usplash.com)
Menurut mbak Jennice di artikel psychologytoday ini, ghosting terjadi ketika sebuah komunikasi yang biasanya intens terjadi, terus ada satu pihak yang tiba-tiba hilang tanpa penjelasan. Hal ini bukan hal yang baru, karena katanya hampir 50% laki-laki dan wanita pernah mengalami ghosting, ups.
Disebutkan juga bahwa hal ini menimbulkan luka emosional pada korban ghosting, para korban seperti ditinggalkan tanpa petunjuk, sehingga membuat bertanya-tanya tanpa pernah mengerti maksud dan motif dari pelaku, huh, dasar.
Motif pelaku ghosting bisa macam-macam, bisa jadi karena tidak tahu cara mengungkapkan emosi dan cara yang tepat untuk mengakhiri hubungan sehingga menurutnya menghilang lebih gampang, tentu saja ini bukan pengalaman pribadi loh ya, maaf.
Apapun motifnya, hal ini disebut para terapis sebagai cara paling tidak ideal untuk mengakhiri sebuah hubungan, karena bisa membuat para korban merasa dirinya tidak layak dicintai, punya rasa tidak percaya lagi ke seseorang, bahkan mengalami trauma memulai hubungan baru karena beberapa kali di-ghosting, duh jahat kamu mas.
memulai hari baru (source:dokumentasi penulis)
Untuk para korban ghosting, jangan pernah merasa diri kita tidak berharga meskipun pernah ditinggalkan orang lain, nilai diri kita tidak ditentukan oleh ketidakmampuan orang lain menyatakan emosi mereka, dalam hal ini ghosting. Seseorang itu bisa jadi memang bukan untukmu, seseorang yang lebih baik akan segera datang, pasti (baca juga "jangan berhenti mencari")
Buat para pelaku, karma is real broww haha. cobalah untuk melatih dirimu untuk mengatakan sesuatu yang bisa jadi kurang nyaman untukmu di awal tapi baik bagi kedua pihak agar tidak menimbulkan unfinished business. Kalau bisa berpisah baik-baik, usahakanlah itu. Sebisa mungkin hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang, apapun relasinya, entah itu pertemanan, romansa, ataupun profesional. Memang tidak mudah tapi bukan berarti mustahil.
“Someone disappearing on you doesn’t reflect your worth: It reflects their fear of being ‘seen'”- Baggage Reclaim, Natalie Lue
“Someone disappearing on you doesn’t reflect your worth: It reflects their fear of being ‘seen'”- Baggage Reclaim, Natalie Lue
Mantan pelaku ghosting yang sudah tobat.
frondyff
0 komentar